Jalan bebas hambatan dari Jakarta menuju Tangerang sedang amat terhambat sore itu. Belakangan saya ketahui bahwa salah satu GTO di Karang Tengah mengalami masalah.
Menghilangkan kebosanan, saya, si sulung, dan papanya pun bermain “mencari kata”. Setiap orang bergiliran memberikan satu kata atau kalimat yang harus dicari oleh yang lain secara berlomba-lomba.
Kata itu bisa jadi ada di papan reklame, terpampang di bus, atau di tempat lainnya, seperti angka 500 yang ternyata menjadi penanda kilometer jalan.
Kadang-kadang si sulung pun tergelak saat kata yang sulit dicari ternyata ada di dalam kendaraan.
Tiba gilirannya. Dengan berapi-api ia pun memberi kami soal: “Miss to busy!” – setidaknya itulah yang terdengar dengan telinga saya.
“Apa?”
“Miss too busy, Maaa. Ayo cepet nanti keburu ilaaang.”
Dengan bayangan gambar seorang wanita di benak, saya pun melihat ke arah papan reklame. Tidak ada. Di bus, tidak ada.
Seiring kendaraan bergerak pelan, ia pun semakin ribut menyuruh untuk menemukan kata itu.
Satu menit, dua menit berlalu, akhirnya saya menyerah, menyuruhnya menunjuk kata yang ia maksud.
“Itu!” ujarnya bersemangat sambil menunjuk bagian belakang mobil pick up yang kadang terhalang oleh mobil lainnya.
Setelah mendekat, saya baru menyadari maksudnya. Di bagian belakang kendaraan itu tertulis sebuah kata berhuruf besar: mitsubishi.