Kereta yang berangkat dari Stasiun Rawabuntu pukul tujuh lewat sekitar 12 menit pagi itu cukup ramai.

Di Stasiun Sudimara, para penumpang di gerbong khusus wanita sudah bersiap memasuki kereta dalam antrean tiga lapis, yang artinya kereta akan penuh sesak hingga Palmerah.

Selewat Sudimara, di Stasiun Jurangmangu petugas sudah mewanti-wanti penumpang agar tidak memaksakan diri masik ke dalam gerbong yang sudah penuh. Dorong mendorong pun terjadi, dan erangan penumpang yang ada di dalam, semakin keras terdengar.

Di Stasiun Pondok Ranji, kepadatan semakin menjadi-jadi. Sesaat setelah pintu menutup dan kereta bergerak menuju Kebayoran, tiba-tiba seorang wanita berteriak khawatir: “Ada yang bisa kasih tempat duduknya gak ya? Ibu ini kayaknya kurang sehat!”

Tiga detik kemudian orang yang sama menjerit, diikuti jeritan orang di sekitarnya, “Yaah beneran pingsan kan dia!!”

Tampaknya tak ada yang bisa menahan tubuh si ibu berkerudung merah muda itu. Penumpang di sekitarnya terdorong ke segala arah. Mereka pun berusaha mengangkat si ibu dengan susah payah  ke tempat duduk, menerobos kepadatan di dalam gerbong.

Saya yang berdiri agak jauh dari tempat jatuhnya si ibu paruh baya itu, ikut terdorong. Saya hanya bisa mengintip warna kerudungnya dari sela tubuh penumpang lainnya.

Sekitar tujuh menit kemudian, saat tiba di Stasiun Kebayoran, si ibu bergegas turun. Saya iba melihatnya. Pasti kepalanya pusing bukan kepalang. Apa yang membuatnya memaksakan diri untuk masuk ke gerbong yang sudah padat, saya tak tahu sebabnya. Mungkin ia takut telat masuk kerja. Kasihan.